Sajak sajak Fudin koimakie

Layaknya angin dan cahaya,  padamu aku belajar untuk melihat dan merasakan,  meski sebatas mata dan sebatas kulit  Padamu aku belajar renungi malam, merenungi malam  dan gema  dari nun ku kenang itu puan Padamu aku belajar menahan sunyi yang berulang ulang melukaiku. Fudin koimakie

hujan tadi sore seolah mengencang;! dan terdengar bunyi angin yang sama, yang mesra meniup laun yang jauh sebelum itu sebelum "tara" berdenyut denyut di nadi. Adakah kau bisa menerkah bait ini? bait yang merobek robek dadanya sendiri, dari ruang yang jauh aku mengulang ulang Palung ini untuk kau pulang; "Tara".

Percuma merasionalkan dua kalimat;! berpegang pada "angin" dan pada "mungkin" yang sama sama ada pada batasnya masing masing. Kita mungkin berpegang pada batas itu, pada  batas yang mustahil dieksistensikan. Kalau "mungkin" adalah angan yang tidak bisa dibentak tolong kau renungi "angin" yang membentuk ombak.

Menunjukmu itu Ikhwal yang tak mudah seperti memungut hujan yang berduyun duyun turun, seperti menahan ayun awan yang ditiup badai, Menunjukmu, bahkan kita harus bersaksi dengan telunjuk meng'adakan yang ada didada hanyalah dia, kemudian yang lain tiada. Menunjukmu adalah kesadaran berfikir, disana kita harus mampu dan mengerti;! tentang konsep tiupan dan tanah mengerti tentang orang dan kemanusian tentang waktu yang menggilas kemudian fana Fudin koimakie Popilo, 20 Agustus 2023

Sesekali letakan kepalamu dikaki dan kakimu dikepala lalu bacalah itu dengan kebalik Ada orang orang yang buruk menginginkan kabar baik Ada pula orang yang menganggap dirinya baik mala mendapat keburukan. Sesekali bacalah itu dengan kebalik letakan kepalamu dikaki dan kakimu dikepala lalu bacalah apa itu kesetaraan gender dimana perempuan bisa memainkan peran laki laki dan laki laki bisa memainkan peran perempuan, bacalah dengan kebalik bukan kepala dan kakimu pada posisinya yang membuatmu selalu menunggu. Fudin koimakie Popilo, 11 Agustus 2023

Aku ingin bercerita tentang genangan yang tidak tenang ketika disentuh angin, tentang gelisa dan ketidakpastian, yang sama sama berdegup, dijauh malam, dimalam itu. Aku ingin bercerita, Adakah kau tetap menunggu hanya karena fenomena kodrat? Ini Ikhwal yang harusnya tidak perlu ku tarik akal ke dada, karena "biru malam nan gelap itu", jelas terlihat, itu bukan sebuah keyakinan tapi realitas, meski tertangkap ungu.  Aku yakin, setelah itu akan ada momentum,  dimana kau akan   menarik dada ke akal kemudian berfikir, disunyi yang nun, tempat dimana ada rasa;! bahwa aku adalah kamu yang belum selesai. Fudin koimakie Popilo, 23 Juni 2023